Internship di Perusahaan Startup, Siapa Takut?

HARA AgriTech
5 min readJan 29, 2020

--

Ditulis oleh: Tegar Dimas Wimanjaya
Semester 6 jurusan Antropologi
Universitas Airlangga, Surabaya

Dunia bisnis merupakan sesuatu yang sedikit asing bagi mereka mahasiswa yang beajar dibawah naungan gairah sosial dan perpolitikan (re. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik). Kami terbiasa untuk terus berfikir moralis dan menitik beratkan pada efektifitas gejala — gejala sosial yang ada. Ya, perkenalkan namaku Tegar Dimas Wimanjaya, seorang mahasiswa Universitas Airlangga lebih tepatnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik departemen Antropologi yang sedang menginjak masa studi semester 6. Sedikit cerita mengenai departemenku, Antropologi belajar mengenai manusia secara holistik. Manusia disusun atas 3 dasar segmen kehidupan yakni sosial, budaya dan ragawi. Dan ketiga segmen tersebut menjadi dasar konsentrasi departemen saya di FISIP UNAIR ini. Saya sendiri merupakan seorang mahasiswa Antropologi dengan konsentrasi Ragawi. Sedikit asing memang namun, secara garis besar Antropologi Ragawi atau Fisik mempelajari bagaimana fisik manusia memiliki keterkaitan yang erat dengan gejala sosial dan budaya yang ada di masyarakat. Jadi, walaupun aku belajar di Ragawi namun tetap saja harus tahu sifat sosial budaya masyarakat setempat. Ya namanya juga Antropolog jadi ya harus holistik atau menyeluruh.

Singkat cerita, diakhir perjalanan semester 6 kemarin saya mendapati informasi magang di sosial media Antropologi 2016. Informasi tersebut membuka lowongan untuk magang di HARA, sangat asing bagiku namun sangat menarik dari job description yang diberikan. Dengan mencoba mengirimkan CV kepada email tertera, selang satu hari aku mendapati email balasan untuk menanyakan nomor HP guna melakukan sesi wawancara dengan HR. Kaget dan sedikit menciut karena basic ilmu saya sedikit berbeda dari job description yang diberikan. Namun karena aku suka tantangan jadi ya, aku jalani saja. Tiga kali sesi wawancara dengan 3 orang yang berbeda dengan topik pembicaraan pun yang berbeda. Jujur diawal hingga aku dinyatakan diterima magang, aku tidak tahu sebenarnya akan melakukan hal apa aku di HARA dan aku bisa berkontribusi seperti apa di sini.

Aku (kiri), Mustafa, Magisha, dan Udin, teman-teman magang ku di kantor HARA, Bojonegoro.

Hingga pada 1 Juli, hari pertamaku magang, aku diberikan kabar bahwa user belum bisa hadir karena satu hal. Akhirnya, dihari pertamaku magang aku hanya melihat situasi kantor dan mengikuti rapat pagi bersama para tim field officer dan data acquisition. Cukup rumit untuk memahami jalan pikir dan bahasa para pebisnis di awal. Tapi aku harus bisa beradaptasi. Manusia kan makhluk adaptis jadi aku pasti bisa.

“Cukup rumit untuk memahami jalan pikir dan bahasa para pebisnis di awal. Tapi aku harus bisa beradaptasi.”

Setelah kami rapat dengan user saya (Mbak Juen), saya menjadi paham apa itu HARADepo. Iterasi yang dijelaskan diawal memang berbeda dengan eksekusi saat ini. Tapi iterasi tersebut memberikan gambaran sedikit HARADepo memiliki tujuan untuk petani dan HARA dalam skala yang lebih mikro.

Hari demi hari aku lewati dengan riset, interview, observasi, dan report. Bosan? Tentu tidak, karena memang aku suka jalan — jalan dan setiap kali butuh riset aku langsung ke lapangan untuk menemui informan tujuanku. Memang panas, capek, dan bergulat di lapangan dan sawah secara langsung namun hal ini justru memberikan aku banyak pembelajaran. Pembelajaran seperti bagaimana mengerti karakteristik petani di Bojonegoro, bagaimana jalananya bisnis di lapangan, bagaimana mereka para mitra HARA memandang HARA itu sendiri dan banyak lainnya. Jujur hal ini menjadi suatu pengalaman baru untuk menjadi penghubung antara bagaimana iterasi yang sudah terencana bisa masuk dan diterima oleh sasaran pasar HARADepo yakni petani. Pengalaman yang sangat luar biasa. Bekerja sambil jalan — jalan serta belajar hal baru setiap saat adalah cita — citaku kedepan 😝.

“Bosan? Tentu tidak, karena memang aku suka jalan — jalan dan setiap kali butuh riset aku langsung ke lapangan untuk menemui informan tujuanku.”

Iterasi yang dibuat terus diperbaiki dengan dilakukanya riset — riset dan dicari bagaimana HARADepo ini akan hadir memenuhi ekspektasi petani Bojonegoro. HARADepo akan menjadi fitur baru di HARA dan memenuhi puzzle ekosistem yang telah dicita-citakan HARA dikemudian hari. HARA sebagai startup terus mencari ekosistem yang paling layak guna memberikan pilihan lain bagi petani untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. HARADepo muncul untuk mengakuisisi retail obat — obatan pertanian dengan sasaran utama adalah R3, mengapa? Karena memang langsung dekat dengan konsumen (petani) dan memiliki relasi yang kuat dibandingkan dengan R2. HARADepo digadang — gadang dapat menjadi pusat kontrol keunangan petani yang menjadi nasabah lewat aplikasi Loan HARA. HARADepo dapat mengontrol berapa persen seharusnya keuangan tersebut dihabiskan untuk obat — obatan pertanian, biaya panen dan lain sebagainya.

Depan salah satu kios HARADepo, Bojonegoro.

Launching HARADepo dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2019, dengan dilakukanya tanda tangan persetujuan kerjasama, renovasi retail akuisisi, dan digitalisasi retail. Untuk awalan HARADepo ini telah mengakuisisi 5 retail toko obat — obatan pertanian untuk menjadi pilot project. Dari pilot project ini diusahakan bisa terus memperbaiki iterasi yang sudah terbentuk dengan melihat bagaimana siklus hidup didalam retail obat — obatan pertanian. Model trial and error adalah model kinerja yang digunakan oleh banyak perusahaan startup. Model seperti ini yang membuat kami para mahasiswa yang magang di HARA selalu didengarkan aspirasinya untuk input sekecil apapun. Hal ini bisa menjadi pembelajaran terbaik untuk melihat bisnis dengan sistem inklusi dimana bisnis tersebut hadir untuk memenuhi ekspektasi masyarakat dan menjawab problema yang ada.

“Model trial and error adalah model kinerja yang digunakan oleh banyak perusahaan startup. Model seperti ini yang membuat kami para mahasiswa yang magang di HARA selalu didengarkan aspirasinya untuk input sekecil apapun.”

Perusahaan startup selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi mereka yang ingin challenge their skill in anything. Karena di startup kami dituntut untuk selalu menjadi inovatif dalam menghadapi suatu permasalahan. Selalu propose sesuatu kepada perusahaan dengan melihat permasalahan dan trend dilapangan. Begitupun denganku, aku merasa banyak dibuka wawasan mengenai dunia bisnis, mengenai ekosistem pertanian dan chain yang ada di dalam dunia pertanian. Masih banyak hal yang perlu aku pelajari dan masih banyak hal juga yang harus HARADepo tingkatkan, semoga HARADepo benar — benar bisa mencapai cita — cita untuk menjadikan petani mandiri secara finansial dan dapat “melek” teknologi guna menunjang kehidupan pertanian mereka, pertanian Indonesia. Terima kasih HARA!

Join our community on Twitter!

Learn more about HARA

Legal Disclaimer. Contributions/Investment/trading in digital assets have a relatively high risk and may not match all types of investors. The value of the digital asset is very highly volatile. This could mean potential huge profits, this also could mean potential huge losses. HARA Tokens are digital assets, so if you are interested in becoming a HARA contributor, you must convince yourself of all aspects of HARA: technology, business models, and other related factors. You should be aware of the risks of failure will still exist. HARA cannot guarantee or be held responsible for any gains or losses from the performance of HARA Token which will fully be determined by market forces.

--

--

HARA AgriTech
HARA AgriTech

Written by HARA AgriTech

HARA is a blockchain-based technology company that specializes in providing traceability solutions for forestry producers.

No responses yet